Kamis, 04 Juli 2013

kesenian tradisional calung


  
KESENIAN TRADISIONAL CALUNG

SITI JUBAEDAH *



Calung, mungkin terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia. Tidak banyak yang mengetahui alat musik tradisional khas Sunda ini. Padahal prototipe dari Angklung ini juga memiliki harmoni yang sedap didengar dan tentunya memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi.Berbeda dengan Angklung, Calung tidak dimainkan dengan cara digoyangkan melainkan dengan dipukul batang-batangnya dari yang terbuat dari ruas bambu. Ruas bambu tadi tersusun sesuai dengan tangga nada pentatonik sehingga mudah untuk dimainkan.
Jenis bambu yang digunakan biasanya bambu awi wulung atau bambu hitam. Meski terkadang dapat dijumpau Calung yang terbuat dari awi temen atau bambu putih.Terdapat dua jenis Calung yakni Calung Rantay dan Calung Jinjing. Calung rantay adalah calung yang bilah tabungnya dideretkan dengan menggunakan tali kulit waru. Letaknya disusun dari yang terbesar hingga yang terkecil dengan jumlah 7 ruas bambu atau lebih. Cara memainkannya dengan dipukul dengan kedua tangan sambil duduk bersilah.
Calung biasanya diikat di pohon atau bilik rumah. Ada juga yang dibuat ancakan atau dudukan khusus dari bambu/kayu seperti calung tarawangsa diCibalong dan Cipatujah Tasikmalaya atau calung rantay yang ada di desa Kanekes Baduy.Sedangkan calung jinjing biasanya berbentuk deretan bambu yang disatukan dengan sebilah kecil bambu dan dijinjing. Terdiri atas empat atau lima buah ruas bambu, calung ini juga disusun dari yang terbesar hingga yang t erkecil.
Dipukul dengan menggunakan pemukul di tangan kanan dan tangan kiri digunakan untuk menjinjing calung jinjing tersebut. sedangkan teknik menabuhnya pun beragam seperti dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, dirangkep, kotrek, salancar dan solorok.Calung yang terkenal secara umum adalah calung jinjing. Terutama pada masyarakat Sunda didaerah Sindang Heula. Namun seiring dengan perkembangannya, calung jinjing juga kerap kali digabungkan dengan alat musik lain. Bahkan saat ini juga digabungkan dengan alat musik yang lebih modern seperti gitar, drum dan lainnya.
Secara etimologi, kata calung berasal dari “caca cici sing kurulung” yang berarti suara bilah bambu yang dipukul.Ada dua jenis calung yang terdapat di Jawa Barat, yakni Calung Rantay dan Calung Jinjing.
Calung Rantay
Calung rantay disebut juga calung renteng, calung gambang atau calung runtuy. Beberapa ahli mengklasifikasikan bahwa calung rantay dan calung gambang berbeda jenis, sebab di beberapa daerah calung gambang memiliki dudukan yang paten, kurang lebih berbentuk seperti xylophon atau kolintang di Minahasa.Untuk memainkan calug rantay biasanya dipukul menggunakan dua buah alat pemukul sambil duduk bersila. Calung rantay terdiri dari bilah bambu yang diikat dan disusun berderet dengan urutan bambu yang terkecil sampai yang paling besar,selanjutnya tali pengikatnya direntangkan pada dua batang bambu yang melengkung.Jumlahnya tujuh bilah atau lebih.Komposisinya ada yang berbentuk satu deretan dan ada juga yang berbentung dua deretan, yang besar disebut calung indung (calung induk) dan yang kecil disebut calung rincik(calung anak).Di beberapa daerah seperti di Tasikmalaya, Cibalong, dan Kanekes, calung rantay memiliki ancakkhusus dari bambu atau kayu.
Calung Jinjing
Calung jinjing berbentuk tabung-tabung bambu yang digabungkan oleh paniir (sebilah bambu kecil). Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dipukul sembari dijinjing. Calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay dibagimenjadi empat bagian bentuk wadrita(alat) yang terpisah, yakni calung kingking, calung panepas,  calung jongrong, dan calung gonggong. keempat buah alatini dimainkan oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda.
  • Calung Kingking memiliki 15 bilah bambu dengan urutan nada tertinggi,
  • Calung Panepas memiliki lima bilah bambu yang dimulai dari nada terendah calung kingking,
  • Calung Jongrong sama dengan calung panepas, hanya saja urutan nadanya dimulai dari nada terendah calung panepas,
  • Calung Gonggong hanya memiliki dua bilah bambu dengan nada terendah
  •  
  •   Zaman dahulu, para pemuda umumnya memainkan calung disela pekerjaannya mengusir burung dan hama lainnya di sawah. Sedangkan di Desa Parung, Tasikmalaya terdapat upacara yang disebut calung tarawangsa. Pada upacara ini calung dikolaborasikan dengan alat musik tarawangsa sebagai ritual penghormatan kepada Dewi Sri. Calung yang biasa dipakai untuk upacara ini yaitu calung rantay. Lagu-lagu yang dibawakan pada saat upacara ini berlangsung berisi puji-puijan kepada Dewi Sri.
Pada perkembangannya, fungsi calung bergeser menjadi pengiring sebuah seni pertunjukan yang bernama calungan. Perpaduan dalam mengkomposisikan tabuhan gending, lagu, guyonan (lawakan) menjadi sebuah garapan musik rakyat yang sangat digemari di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang adalah calung dalam bentuk penyajian seni pertunjukan, dengan mempergunakan waditra yang disebut calung jingjing.[2]






[1] Mahasiswa STKIP SETIABUDHI Rangkasbitung
[2] http//:Calung Asli Karaya Sunda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar